TEORI KEPRIBADIAN CARL GUSTAV JUNG
TEORI KEPRIBADIAN
Kata “kepribadian” (Personalty) berasal dari bahasa Latin
“persona”, mengacu pada topeng yang dipakai oleh actor Romawi dalam pertunjukan
drama untuk memainkan peran atau penampilan palsu. Kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu yang
relative permanen dan memberikan konsistensi maupun individualitas pada
perilaku seseorang. Sifat (trait) merupakan factor penyebab adanya
perbedaan antar ndividual dalam perilaku, konsistensi perilaku dari waktu ke
waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi. Karakteristik merupakan kualitas tertentu yang dimiliki seseorang
termasuk didalamnya beberapa karakter seperti tempramen, fisik dan kecerdasan.
Teori
kepribadian dengan pendekatan psikologi analitis dikembangkan oleh Carl
Gustav Jung, Jung lahir pada 26 juli 1875 di Kesswyl, Lake Constance, Canton
Thurgau, Swiss, dan di besarkan di kota Basel.Beliau diakui
sebagai salah satu ahli psikologi yang terkemuka abad XX. Selama 60 tahun, ia
mengabdikan dirinya dengan penuh kesungguhan untuk menganalisis proses
kepribadian manusia yang sangat luas dan dalam.
Carl Jung mendasarkan teori
kepribadiannya pada asumsi bahwa pikiran atau psike (psyche), mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Jung sangat
menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin ketidaksadaran
seseorang bukan berasal dari pengalaman personal, melainkan dari keberadaan
manusia di masa lalu. Konsep ini yang disebut Jung sebagai ketidaksadaran kolektif. Jung berpendapat keseluruhan kepribadian
atau kejiwaan menciptakan beraneka atau beberapa tingkatan atau struktur yang
berbeda yang dapat saling berpengaruh satu dengan lainnya. Berikut tingkatan
psike menurut teori kepribadian Carl Gustav Jung:
A.
Kesadaran
(conscious)
Kesadaran merupakan hal yang dapat
dirasakan oleh ego. Ego adalah pusat dari kesadaran yang menyangkut pemahaman,
berpikir, merasa, dan mengingat. Ego adalah kesadaran kita akan diri
kita sendiri dan ego juga yang bertanggung jawab atas aktivitas normal kita
dalam kehidupan sehari-hari. Ego bertindak dengan cara-cara yang terseleksi dan
berlaku dalam kesadaran atas rangsangan-rangsangan yang kita perlihatkan.
Menurut Jung, Ego memiliki 2 jenis
persepsi mental yaitu sikap Introversi dan Extraversi yang
saling mempengaruhi dan membentuk kepribadian individu.
Dimana Extraversi adalah sikap yang berorientasi kepada dunia luar
dan orang lain, sedangkan Introversi adalah sikap yang berorientasi kepada
pikiran dan perasaan diri sendiri. Setiap orang mempunyai kapasitas yang sama
untuk kedua sikap tersebut, tapi hanya yang dominanlah yang muncul dalam
kepribadian dan kesadaran seseorang. Jung berpendapat tetang adanya 4 fungsi
kejiwaan (psyche) yaitu; pikiran, perasaan, penginderaan, dan intuisi yang
kemudian membentuk 8 tipe psikologis, yaitu:
1.
Extraverted
Thinking Types
Orang dengan sikap ini memiliki
kehidupan yang teratur, mengikuti norma yang berlaku, kaku dan cocok menjadi
ilmuan karena mereka fokus dan menggunakan logika untuk menjelaskan dan
memahami sesuatu.
2.
Extraverted
Feeling
Orang dengan sikap ini biasanya
emosional, kebanyakan tipe ini dimilki oleh kaum wanita, nyaman dengan norma
dan nilai tradisional dan terkadang sikap sosial mereka muncul.
3.
Extraverted
Sensing
Orang dengan sikap ini biasanya
realistis, praktis dan pekerjakeras. Fokus pada kesenangan dan
kebahagiaan, menikmati hidup, mudah beradaptasi dengan berbagai orang dan situasi.
4.
Extraverted
Intuiting
Orang dengan sikap ini biasanya sukses
dibidang bisnis dan politik karena mereka memiliki kemampuan melihat
kesempatan, memiliki ide-ide baru dan kreatif, sangat baik dalam mempromosikan
hal-hal yg baru, suatu hal yang baru merupakan tujuan hidup mereka.
5.
Introverted
Thinking
Orang dengan sikap ini biasanya tidak
ramah, kurang bergaul, Mereka lebih mengejar dan memperhatikan pemikirannya
tanpa memperdulikan apakah ide mereka diterima oleh orang lain atau tidak.
Mereka juga biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian.
6.
Introverted
Feeling
Orang dengan sikap ini biasanya memiliki
emosi yang kuat tapi mereka menutupinya. Mereka memiliki kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun memiliki intuisi yang sangat
tajam dibandingkan dengan orang lain, misterius, pendiam, sederhana, percaya
diri dan kekanak-kanakan.
7.
Introverted
Sensing
Orang dengan sikap ini biasanya
cenderung sebagai orang yang tenang, kalem, tapi mereka juga membosankan dan
kurang berkonsentrasi, kebanyaan dari mereka mengekspresikan diri mereka dengan
musik dan seni.
8.
Introverted
Intuiting
Orang dengan sikap ini biasanya suka
menyendiri, jarang berhubungan dengan kenyataan, dan gak nyambung.
B. Ketidaksadaran Personal (Personal
Unconscious)
Dalam teori Jung, kedua tingkatan dari
psike adalah Personal Unconscious (ketidaksadaran
pribadi). Ketidaksadaran pribadi atau personal terdiri dari semua pengalaman
yang dilupakan, yang kehilangan intensitasnya karena beberapa alasan, terutama
karena tidak menyenangkan. Ketidaksadaran personal juga berisi Kompleks
(inti pola emosi, persepsi, dan hasrat), kompleks merupakan kumpulan dari
pengalaman yang disimpan dalam Ketidaksadaran personal dan dapat merembes ke
Ego tanpa diketahui sehingga membentuk perilaku tertentu secara reflex.
C. Ketidaksadaran Kolektif (Collective
Unconscious)
Bagian terdalam dari
kepribadian adalah ketidaksadaran kolektif. Kebalikan dari ketidaksadaran
personal yang dihasilkan dari pengalaman individu, ketidaksadaran kolektif
merupakan pusat ingatan laten manusia dan leluhurnya yang terdiri dari insting
dan Archetype yang diturunkan serta sering kali mengontrol perilaku
kita. Isi dari ketidaksadaran kolektif ini tidak diam begitu saja tanpa
berkembang, melainkan ia aktif mempengaruhi pikiran, emosi , dan tindakan
seseorang. Ketidaksadaran kolektif bertanggung jawab terhadap kepercayaan
agama, mitos, serta legenda. Hal tersebut juga memunculkan “impian besar”,
yaitu mimpi yang memiliki arti diluar jangkauan impian seseorang dan dipenuhi
dengan kepentingan manusia pada setiap waktu dan tempat (Jung, 1948/1960). Jung
mengatakan bahwa kita tidak mutlak mewarisi karakter yang diwariskan secara
langsung. Kita hanya mewarisi sebagian dan membawanya pada sebuah
kecenderungan atau predisposisi untuk merespons pengalaman tertentu
dengan cara yang khusus. Terkadang kecenderungan ini muncul dengan cara spontan
dan terkadang ketika seseorang dalam kondisi stress, ini muncul dalam bentuk
motif Archetype.
Didalam Ketidaksadaran kolektif terdapat Archetype yaitu
bayangan-bayangan leluhur atau arkaik (archaic)
yang dating dari ketidaksadaran kolektif. Banyak gambaran dari pengalaman
universal sebanyak pengalaman manusia yang biasa terjadi. Diulang didalam
kehidupan menggantikan keberhasilan generasi archetypes telah menjadi pengaruh
dalam jiwa kita. Archetypes tidak sepenuhnya merupakan perkembangan memori.
Kita tidak dapat melihat archetypes seperti melihat gambar dan kejadian yang
lalu dalam kehidupan kita. Archetypes diekspresikan dalam mimpi dan fantasi.
Keutamaan archetypes ini mencakup persona, shadow, anima, animus,
great mother, wise old man, pahlawan dan self .
1. Persona
Sisi kepribadian yang ditunjukkan orang
kepada dunia disebut Persona. Persona archetypes adalah topeng yang berfungsi ketika
seseorang berhubungan dengan orang lain. Topeng ini meliputi banyak sekali
peran yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan rutin. Persona archetypes juga
merupakan manifestasi universal dari usaha seseorang untuk menyesuaikan diri
dengan orang lain. Persona juga bisa menjadi negative, seperti
Seseorang yang dapat belajar menyembunyikan diri atau kepribadian yang
sebenarnya dibalik topeng-topeng ini. Dan juga jika kita terlalu identic dengan
persona, maka kita akan kehilangan sentuhan inner
self dan cendrung untuk memenuhi harapan social dimana kita bisa menjadi
boneka masyarakat.
2.
Shadow
Jung
mengartikan shadow sebagai darkside atau “sisi gelap” dari
diri manusia. Bila persona bekerja sama dengan ego di
bidang kesadaran dan berperan dalam menyesuaikan diri dengan dunia luar,
maka shadow mewakili kejahatan, ketidaksesuian, ketidaksadaran, dam
bagian inferior dalam psike. Shadow mengandung dua aspek primer : satu
berhubungan dengan ketidaksadaran personal dan yang lain dengan ketidaksadaran
kolektif. Dalam hubungannya dengan ketidaksadaran personal,
shadow mengandung pengalaman-pengalaman dimana individu menolak
prinsip-prinsip moral dan estetika. Jung percaya,
terkadang shadow bekerja sama dengan insting seksual (Freudian) dan
kehendak untuk berkuasa (Adlerian). Dalam hubungannya dengan ketidaksadaran
kolektif, shadow mengandung personifikasi universal dari kejahatan
dalam psikemanusia. Jung menegaskan kita tidak pernah secara tuntas
mengetahui sisi gelap kepribadian ini karena kita tidak pernah berhadapan dengan
bentuk kejahatan secara absolut dalam kepribadian. Akan tetapi, dalam hal
ini shadow eksis dalam kepribadian semua orang dan muncul dalam
bentuk bermacam-macam, seperti perasaan ingin merusak diri sendiri, keinginan
untuk menghancurkan orang lain atau alam. Shadow juga mengandung sisi
positif di samping sisi negatif yang telah kita bicarakan. Beberapa contoh sisi
positif, misalnya, seorang pembunuh bisa mengampuni korbannnya karena dia
mengingatkannya pada seseorang yang pernah dicintainya. Atau, seorang wanita
yang mementingkan dirinya sendiri (selfish) menghabiskan waktu dan uangnya
untuk kegiatan karitatif karena dia tidak memperhitungkan jumlah pengeluaran
akibat tindakannya itu. Secara umum, segi positif dari shadow terkadang
terjadi ketika seseorang merasa tidak bertanggung jawab sepenuhnya, spontan,
dan kreatif.
3.
Anima dan Animus.
Seperti Freud, Jung merasa bahwa semua
pria dan wanita memiliki elemen seksual yang berlawanan dengannya. Setiap pria
memiliki segi feminim, seperti halnya setiap wanita memiliki kualitas maskulin
tanpa disadari. Konsep ini didasarka atas kenyataan bahwa terdapat variasi
hormon antara wanita dan pria. Archetype feminim dalam pria
disebut anima, archetype maskulin dalam wanita disebut animus. Animus dan anima dapat
bekerja secara konstruktif atau destruktif. Jung mengatakan, anima dapat
berfungsi positif pada pria, misalnya, mengingatkan perasaan yang terlalu
superior. Fungsi itu bekerja negatif dalam tindakan pria yang
kewanita-wanitaan. Animus dalam wanita memiliki manisfestasi positif
ketika menciptakan argumentasi logis dan rasional. Sisi
negatif animus dapat dilihat ketika wanita berperilaku seperti pria
tulen.
4.
Great
Mother
Ibu agung (great mother) dan orang tua bijak (the wise old man) adalah dua aretipe lain yang diturunkan dari
anima dan animus. Setiap orang, baik pria maupun waita memiliki arketipe great
mother. Great mother menampilkan dua dorongan yang berlawanan, pada satu sisi
dorongan untuk kesuburan dan pengasuhan serta disisi lain kekatan untuk
menghancurkan. Dimensi kesuburan dan pengasuhan dari sebuah arketipe ini
disimbolkan dengan pepohonan, surga, rumah dan berbagai objek kosong. Oleh
karena great mother juga merupakan representasi dari kekuatan dan juga
kehancuran, maka ia juga kerap disimbolkan sebagai Godmother, ibu tiri atau penyihir. Satu contoh yang mempertemukan
antara dorongan kebaikan dan kehancuran adalah cerita Cinderella dimana ibu
peri merupakan karater Godmother yang menciptakan sebuah dunia yang indah untuk
Cinderella sekaligus menghancurkan dunia itu dalam seketika saat tengah malam
tiba.
5.
Wise
Old Man
Orang tua yang bijak merupakan sebuah
arketipe dari kebijaksanaan dan keberartian yang menyimbolkan pengetahuan
manusia akan misteri kehidupan, politisi dan orang lain yang berbicara dengan
meyakinkan – walaupun kadang hal tersebut bukan hal yang jujur – kerap
terdengar masuk akal dan bijak bagi orang lain yang secara sadar ingin
dibohongi oleh persepsi mereka mengenai arketipe orang bijak. Hal yang serupa
diperlihatkan oleh penyihir di Wizard of Oz. didalam mimpi arketipe ini muncul
dalam bentuk ayah, kakek atau penyihir yang akan datang menolong melalui
kekuatan kebajikannya, membantu tokoh tersebut untuk keluar dari kesulitannya.
6.
Self
Self
dikonsepkan sebagai energi yang memiliki kemampuan untuk merealisasikan, atau
yang disebut Jung sebagai jalan individuasi. Individuasi merupakan proses
dimana seseorang menjadi dirinya sendiri yang unik. Dalam melakukannya, dia
tidak menjadi selfish dan jauh dari egoisme dan individualisme.
self juga dikonsepsikan sebagai kekuatan pemersatu yang memiliki fungsi
transenden yang mengadakan keseimbangan pada berbagai sistem kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Feist,
Jess & Feist, Gregory J. 2014. Teori
Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika
http://www.Psikologiuhuy.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar