Sikap Siswa terhadap Musik dan Kreativitas
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kreativitas
dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan
kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu, mereka dapat menjadi pribadi – pribadi
yang kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif, kelak mereka bukan saja dapat
meningkatkan kualitas pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas
kehidupan bangsa dan negara.
Sistem
pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang,
yang memerlukan jenis – jenis keahlian dan keterampilan serta dapat
meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.
Perilaku
kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya
dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif – produktif, di samping
pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah
yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini
disebabkan antara lain oleh masih sangat langkanya literatur yang membahas
secara menyeluruh dan terperinci mengenai kreativitas, bakat, dan upaya – upaya
pengembangannya, khususnya di sekolah dasar. Untuk memupuk bakat anak dan
mengembangkan kreativitas anak perlu partisipasi orang tua murid.
Musik
memiliki manfaat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.
Seiring dengan berkembangnya globalisasi, maka stimulasi musik pada anak
menjadi semakin mudah didapatkan. Bukan tidak mungkin pada zaman sekarang ini
telah banyak produk – produk multimedia yang kaya akan stimulasi untuk anak,
termasuk musik. Pada zaman dahulu, orang akan berbondong – bondong mendatangi
sebuah tempat pementasan seni musik yang dilakukan secara langsung. Namun saat
ini musik dapat dikemas dalam bentuk tertentu sehingga dapat didengarkan melalui
perantara alat komunikasi, tidak terkecuali pada produk telepon genggam (handphone)
yang lebih praktis untuk dibawa ke mana saja.
Beberapa ahli menyatakan bahwa musik adalah suatu hasil
karya, cipta, rasa manusia yang tak terlihat, tapi dapat didengar dan
dirasakan, kemudian ditampilkan dalam suatu event pertunjukan dan disaksikan
oleh berbagai kalangan, yakni oleh penikmat musik, pengamat music, bahkan
masyarakat awam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapatlah
ditarik beberapa rumusan masalah yang menjadi fokus penulis dalam menganalisa
penelitian, yaitu :
1.
Apa yang
dimaksud dengan musik dan kreativitas?
2.
Apa hubungan
antara musik serta kreativitas dengan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)?
3.
Bagaimana sikap/pandangan
siswa terhadap musik dan kreativitas?
4.
Bagaimana
pengaruh musik dan kreativitas terhadap kegiatan siswa dalam kehidupan sehari –
hari?
5.
Bagaimana cara siswa menyalurkan minat
dan bakatnya terhadap musik dan kreativitas?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan dan penyusunan makalah
ini yaitu sebagai hasil dari metode penelitian kuantitatif dengan angket (kuesioner)
yang telah kelompok kami buat untuk menjelaskan sikap siswa terhadap musik dan
kreativitas serta pengaruhnya terhadap kegiatan dalam kehidupannya sehari –
hari.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
·
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, yaitu dapat berguna
sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia musik dan kreativitas di kalangan
pelajar
·
Menambah wawasan
pembaca mengenai musik dan kreativitas
·
Dapat menjadi
pertimbangan bagi instansi, khususnya instansi pendidikan, terkait dengan upaya
peningkatan kegiatan belajar siswa melalui minat dan bakat siswa terhadap musik
dan kreativitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dasar Teori
Hakikat Musik
Musik
merupakan segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau
kelompok dari berbagai alat yang bisa menimbulkan bunyi dan ditangkap oleh
indera pendengaran. Musik memiliki kemampuan untuk mendamaikan hati yang gundah
serta membangkitkan kreativitas seseorang. Menurut ahli perkamusan (lexicographer), musik adalah ilmu dan
seni dari kombinasi ritmis nada – nada, vokal maupun instrumental yang
melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan,
khususnya bersifat emosional. Sama halnya dengan perasaan hati, musik dapat
dirasakan namun sulit untuk diungkapkan. Misalnya, cinta, kita tahu apa itu
cinta namun setiap orang akan berbeda dalam mendefinisikan ataupun
mengungkapkan pendapatnya tentang cinta tersebut. Musik mempunyai estetika yang
tinggi dan mengundang respon dari orang yang mendengarnya. Hal ini dikarenakan
musik melibatkan sympathetic emotional
responsiveness. Tidak mengherankan jika musik dapat membuat suasana menjadi
sedih atau gembira ketika sebuah musik dimainkan karena musik mempunyai sifat
melibatkan sympathetic emotional
responsiveness (Brocklehurst, 1971:42).
Pengertian Kreativitas
Pengertian
kreativitas yaitu hasil dari kemampuan mencipta (Depdikbud, 1988:23). Banyak
hal yang dilakukan anak ada unsur kreativitasnya. Kreativitas adalah suatu gaya
hidup, suatu cara dalam mempersepsi dunia (SC Utami Munandar, 1999:24-25).
Pengembangan kreativitas hendaknya dimulai usai dini, yaitu di lingkungan
keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan prasekolah (GBHN,
1993:19).
Kreativitas
terjadi karena pembiasaan, yaitu pembiasaan menciptakan sesuatu yang baru.
Untuk menciptakan yang baru dibutuhkan banyak masukan. Karena dengan masukan – masukan
tersebut yang datangnya dari berbagai bidang akan memicu akal diri sendiri
untuk mencipta. Untuk memahami
pengertian kreativitas, maka Rhodes (Munandar, 1977) mengemukakan bahwa ada
beberapa tinjauan yang harus dikaji. Pengertian kreativitas itu dapat dikaji
melalui The Four P’s of Creativity (Personality, Press, Process, and Product).
1.
Personality
(Pribadi)
Kreativitas adalah
ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan
kreativitas itulah yang mencerminkan orisinalitas (keaslian) dari individu
tersebut. Dari ungkapan yang unik inilah dapat timbul ide – ide baru dan produk
– produk yang kreatif dan inovatif.
2. Press (Pendorong)
Agar
kreativitas dapat terwujud diperlukan dorongan dari individu (motivasi
intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
·
Motivasi Intrinsik dari Kreativitas
Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan mewujudkan potensinya,
mewujudkan dirinya, dorongan berkembang menjadi matang, dorongan mengungkapkan
dan mengaktifkan semua kapasitasnya.
Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu
membentuk hubungan – hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi
dirinya sepenuhnya. (Rogers dan Vernon, 1982)
·
Kondisi eksternal yang mendorong perilaku kreatif
Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk
tumbuh. Bibit unggul memerlukan kondisi yang memupuk dan memungkinkan bibit itu
mengembangkan sendiri potensinya.
3. Process (Proses)
Proses penciptaan disebut
juga proses kreatif, yaitu rangkaian kegiatan seorang dalam menciptakan dan
melahirkan karya – karya seninya sebagai ungkapan gagasan dan keinginannya.
Kemampuan kreatif atau mencipta tersebut sesungguhnya bukanlah sesuatu yang
istimewa. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki tiga kemampuan utama,
yaitu kemampuan fisik, kemampuan rasio atau akal, dan kemampuan kreatif. Hanya
perimbangannnya saja yang berbeda – beda antara individu perindividu.
Wallas dalam
bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses kreatif meliputi 4 tahap, yaitu
:
1.
Tahap Persiapan, mempersiapkan diri untuk memecahkan
masalah dengan mengumpulkan data/informasi, mempelajari pola berpikir dari
orang lain, dan bertanya kepada orang lain.
2.
Tahap Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi
dihentikan, individu melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut. Ia
tidak memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya” dalam
alam prasadar.
3.
Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya
“insight” atau “Aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
4.
Tahap Verifikasi, tahap ini merupakan tahap pengujian
ide atau kreasi baru tersebut terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran
kritis dan konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti
proses konvergensi (pemikiran kritis).
4. Product (Produk)
Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang
dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan
bermakna.
Stein (Basuki, 2010),
menyatakan
bahwa suatu produk baru dapat disebut karya kreatif jika mendapatkan pengakuan
(penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu.
Pada pribadi yang kreatif, bila memiliki kondisi
pribadi dan lingkungan yang memberi peluang bersibuk diri secara kreatif
(proses), maka dapat diprediksikan bahwa produk kreatifnya akan muncul.
Cropley (1994) menunjukkan hubungan antara tahap – tahap
proses kreatif dari Wallas (persiapan, inkubasi, iluminasi, verifikasi) dan
produk yang psikologis yang berinteraksi. Konfigurasi dapat berupa gagasan,
model, tindakan cara menyusun kata, melodi atau bentuk. Pemikir divergen
(kreatif) mampu menggabungkan unsur – unsur mental dengan cara – cara yang
tidak lazim atau tidak diduga. Konstruksi konfigurasi tersebut tidak hanya
memerlukan berpikir konvergen dan divergen saja, tetapi juga motivasi,
karakteristik pribadi yang sesuai (misalnya keterbukaan terhadap pembaruan
unsur – unsur sosial, keterampilan komunikasi). Proses ini disertai perasaan
atau emosi yang dapat menunjang atau menghambat.
Besemer dan Treffirger menyarankan produk kreatif
digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu :
1. Kebaruan (novelty)
a.
Kebaruan
Sejauh mana produk itu baru, dalam hal jumlah dan luas
proses yang baru, teknik baru, bahan baru, konsep baru, dan produk kreatif di masa
depan.
b.
Produk itu orisinal
Sangat langka di antara produk yang dibuat orang
dengan pengalaman dan pelatihan yang sama, juga menimbulkan kejutan (suprising) serta germinal (dapat
menimbulkan gagasan produk orisinal lainnya.
2. Pemecahan (resolution)
Menyangkut derajat sejauh mana produk itu memenuhi
kebutuhan untuk mengatasi masalah.
Ada 3
kriteria dalam dimensi ini, antara lain :
a.
Produk harus
bermakna,
b.
Produk harus
logis,
c.
Produk harus
berguna (dapat diterapkan secara praktis).
3. Keterperincian
(elaboration) dan sintesis
Dimensi ini merujuk pada derajat sejauh mana produk
itu menggabungkan unsur – unsur yang tidak sama/serupa menjadi keseluruhan yang
canggih dan koheren.
Ada 5
kriteria untuk dimensi ini, antara lain :
a.
Produk itu
harus organis (mempunyai arti inti dalam penyusunan produk),
b.
Elegan,
yaitu canggih (mempunyai nilai lebih dari yang tampak),
c.
Kompleks,
yaitu berbagai unsur digabung pada satu tingkat atau lebih,
d.
Dapat
dipahami (tampil secara jelas),
e.
Menunjukkan
keterampilan atau keahlian.
Kreativitas
dalam seni musik merupakan sesuatu yang baru dan orisinil, dalam artian di
dalam kreativitas tersebut dimungkinkan seseorang atau peserta didik selalu
mencipta dan mencipta terus menerus, artinya dalam kegiatan seni musik anak
diberi waktu untuk menggunakan alat musik beberapa kali dan menghasilkan irama
lebih dari satu pelatihan sehingga menghasilkan irama yang terbaru pada tahap
tersebut, sedang pelatihan kedua juga merupakan karya terbaru pada tahap
berikutnya dan begitu seterusnya. Tentang orisinilitas sebuah karya dalam seni
musik juga merupakan sesuatu yang harus ditonjolkan karena kualitas sebuah seni
musik salah satu di antaranya ditentukan oleh sifat tersebut. Jika seseorang
atau peserta didik berlatih seni musik dengan menggunakan berbagai alat musik
hasil irama yang diperolehnya lain dengan yang lain, maka dapat dikatakan bahwa
hasil penemuan tersebut merupakan sesuatu yang orisinil sifatnya. Usaha yang
telah dilakukan oleh seorang atau peserta didik dalam menggunakan alat musik
sesuai dengan keinginannya dimungkinkan mendapatkan hasil irama yang khas atau
unik. Pada tataran yang lain, kreativitas merupakan jenis pemikiran yang
spesifik atau pemikiran yang berbeda (divergent thingking).
Dalam
permainan musik, spesifikasi dapat dilihat dalam variasi ritme, melodi, volume,
warna nada, desain, tekstur, dan karakter. Misalnya, seorang siswa memainkan
alat musik yang sama, yaitu Balera. Jika visualisasinya berbeda pasti menunjukkan
spesifikasi yang berbeda antara karya satu dengan lainnya. Kreativitas seringkali
disamakan dengan kecerdasan seseorang. Kreativitas dengan pengertian ini jika
dikaitkan dengan kreativitas dalam seni musik terasa pada kemampuan siswa dalam
mengekspresikan alat musik dan nada – nadanya secara tepat atau spontan, tanpa
ragu – ragu dan bersemangat dalam proses bermusik. Kreativitas yang dikaitkan
dengan kecerdasan seperti tersebut di atas dalam proses seni musik peserta
didik dipengaruhi pula oleh pengetahuan di bidang seni musik yang dimiliki atau
dengan istilah lain bahwa keberhasilan/tingginya kreativitas dalam seni musik
siswa terletak pada pengalaman estetisnya. Pengalaman estetis dapat diperoleh
dengan frekuensi berlatih/seringkalinya melakukan kegiatan bermusik, atau
seringkalinya melakukan apresiasi seni musik.
Teori Kreativitas
Teori
yang melandasi pengembangan kreativitas dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu
:
1.
Teori
Psikoanalisis
Psikoanalisa
memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya
dimulai sejak di masa anak – anak. Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang
yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan
gagasan – gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi
pemecahan inovatif dari trauma.
Adapun tokoh
– tokohnya adalah :
a.
Sigmund Freud
Ia menjelaskan proses kreatif dari
mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari
kesadaran mengenai ide – ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat
diterima, sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi produktivitas
kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif,
namun mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.
b.
Carl Jung
Carl Jung juga percaya bahwa
ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat
tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi.
Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan
karya – karya baru lainnya. Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari
eksistensi manusia.
2.
Teori Humanistik
Humanistik
lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat
tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada
usia lima tahun pertama.
Tokoh Teori
Humanistik :
a.
Abraham Maslow
Ia menekankan bahwa manusia
mempunyai naluri – naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan
tersebut adalah :
·
Kebutuhan fisik/biologis
·
Kebutuhan akan rasa aman
·
Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan
cinta
·
Kebutuhan akan penghargaan dan harga diri
·
Kebutuhan aktualisasi/perwujudan diri
·
Kebutuhan estetik
Kebutuhan – kebutuhan itu diwujudkan
Maslow sebagai hierarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang
tertinggi.
b.
Carl Rogers
Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari
pribadi yang kreatif, yaitu keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk
menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperimen
atau untuk “bermain” dengan konsep – konsep.
3.
Teori
Czikszentmihalyi
Ciri pertama yang
memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis (genetic
predisposition). Misalnya, seseorang yang sistem sensorisnya peka terhadap
warna akan lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi
pemusik. Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah
tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas. Orang – orang
kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan
diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk
mencapai tujuannya.
Ciri – ciri kepribadian kreatif menurut
czikszentmihalyi, antara lain :
·
Strong but
trained
·
Smart but naïve
·
Playfull but
selfness
·
Dreamers but
realistic
·
Extrovert but
self – contained
·
Modest but proud
·
Manly but
feminine
·
Rassionate but
objective
·
Open but happy
·
Rebels but
constructive
Hubungan antara Musik serta Kreativitas dengan Siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Musik dapat memengaruhi
motivasi belajar para siswa khususnya pada siswa menengah atas, di mana musik
mampu mengubah mood dan menambah
semangat belajar para siswa. Hal ini kami dapat berdasarkan hasil penelitian,
39 dari 50 responden setuju bahwa musik dapat menjadi sebuah metode yang tepat
dalam belajar. Musik dapat mengembangkan kreativitas yang dimiliki para siswa
dengan melalui ekstrakurikuler musik seperti band dan paduan suara. Keluarga
memiliki peran penting dalam pengembangan minat siswa terhadap musik. Bagi para
siswa, musik merupakan alat ekspresi diri, di mana mereka dapat mengekspresikan
apa yang mereka rasakan, seperti perasaan sedih, kecewa ataupun jatuh cinta.
B.
Metode
Penelitian
Tempat dan Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMK Analis Kesehatan Tunas Harapan, sekolah kejuruan swasta
yang letaknya berada di Jl. Intisari III (nama jalan yang spesifik saat ini,
berbeda dengan yang berada di web), Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Namun,
beberapa kuesioner juga dibagikan kepada beberapa siswa dari SMA Negeri 98 (lokasinya
dekat dengan SMK Analis Kesehatan Tunas Harapan) untuk memenuhi target
responden.
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian
selama ± 2 bulan (bulan Mei – Juli) terhitung sejak dilakukan perencanaan penelitian sampai dengan penyelesaian laporan hasil
penelitian.
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Dalam
konteks ini akan mendeskripsikan fenomena yang berkaitan dengan sikap siswa
terhadap musik dan kreativitas.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subyek yang
bersekolah di SMK Analis Kesehatan Tunas Harapan dan SMA Negeri 98, anggota populasi dalam penelitian ini adalah siswa dari SMK
Analis Kesehatan Tunas Harapan dan SMA Negeri 98 yang
berjumlah 50 orang dengan rentan usia 15 sampai dengan 18 tahun.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam proses penjaringan data dalam
penelitian ini adalah instrumen non-tes berupa angket (kuesioner).
Teknik Pengumpulan Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijaring dengan
menggunakan instrumen berupa angket (kuesioner).
Angket merupakan teknik utama dalam pengumpulan data, di mana
sebagai pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan yang digunakan
untuk mengetahui sikap/pandangan siswa
terhadap musik dan kreativitas.
Jenis angket yang digunakan untuk menjaring data dalam penelitian
ini adalah tertutup, dalam artian sejumlah pernyataan yang dilengkapi dengan
alternatif jawaban, sehingga responden tidak memungkinkan lagi untuk memilih
jawaban selain jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti.
Teknik Analisis
Data
Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan analisis
kuatitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2004:170) bahwa : “Analisis deskriptif
adalah pengujian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dalam penelitian ini
analisis deskriptif adalah penyajian data dari responden melalui tabel dan
grafik yang diperoleh dari perhitungan persentase (%).
Tipe pernyataannya bersifat positif , maka nilai (score) untuk tiap pilihan jawabannya
adalah sebagai berikut :
·
Sangat Setuju = 4
·
Setuju = 3
·
Kurang Setuju = 2
·
Tidak Setuju = 1
*Jika tidak menjawab, maka skornya 0
Perhitungan
Rata – rata Hasil Jawaban Responden


Perhitungan
dalam Bentuk Persentase




*Konfirmasi persentase (%) skor dengan standar keberhasilan.
Tabel Kategori
Persentase menurut Arikunto (1998:246)
Baik
|
76 % - 100 %
|
Cukup
|
56 % - 75 %
|
Kurang Baik
|
40 % - 55 %
|
Tidak Baik
|
Kurang dari 40
%
|
C.
Hasil Penelitian


Tabel Hasil
Persentase beserta Poin Pernyataan Kuesioner
PERNYATAAN
|
Skor
Total
|
Persentase
|
Keterangan
|
1. Musik dapat
membantu untuk merangsang perkembangan kecerdasan emosional seorang remaja.
|
168
|
84
|
Baik
|
2. Bakat bermusik Anda tidak hanya diturunkan
dari keluarga.
|
132
|
66
|
Cukup
|
3. Anda yang memiliki minat terhadap musik,
akan memilih teman yang memiliki minat yang sama dengan Anda untuk berbagi informasi
dan pengalaman.
|
122
|
61
|
Cukup
|
4.
Musik sebagai
penyeimbang kemampuan otak kanan dan otak kiri.
|
170
|
85
|
Baik
|
5.
Bermusik
tidak membutuhkan penghayatan.
|
101
|
51
|
Cukup
|
6.
Musik
dengan tempo yang lambat akan membuat Anda berkonsentrasi saat belajar.
|
132
|
66
|
Cukup
|
7.
Minat dan
bakat seseorang perlu mendapatkan dukungan dari orang – orang terdekat.
|
182
|
91
|
Baik
|
8.
Musik juga
dianggap sebagai sesuatu yang punya andil bagi perkembangan kecerdasan anak.
|
157
|
79
|
Baik
|
9.
Musik
dengan aliran keras (scream) hanya disukai oleh laki – laki.
|
101
|
51
|
Cukup
|
10. Seseorang yang memiliki minat
bermusik berbeda dengan seseorang yang menyukai musik.
|
134
|
67
|
Cukup
|
11. Dalam memenuhi minat dan bakat dalam
bermusik diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.
|
138
|
69
|
Cukup
|
12. Bermusik tidak perlu menunjukkan
rasa cinta terhadap musik.
|
130
|
65
|
Cukup
|
13. Musik instrumental dapat
menjadi penghantar tidur yang baik.
|
158
|
79
|
Baik
|
14. Musik tidak pernah lepas dari
kehidupan seseorang.
|
135
|
68
|
Cukup
|
15. Mendengarkan musik klasik saat
pikiran tidak tenang adalah cara yang efektif.
|
157
|
79
|
Baik
|
16. Untuk mengembangkan minat atau
bakat bermusik harus memiliki kepercayaan diri yang kuat.
|
169
|
85
|
Baik
|
17. Ekstrakurikuler musik ( cth:
band, padus ) merupakan sarana yang tepat bagi siswa dengan minat dan bakat
bermusik.
|
172
|
86
|
Baik
|
18. Mempelajari not pada alat musik
yang disukai lebih mudah dibandingkan mempelajari pelajaran eksak.
|
138
|
69
|
Cukup
|
19. Keluarga mendukung minat Anda
terhadap musik.
|
152
|
76
|
Baik
|
20. Musik dipandang sebagai sesuatu yang
sangat indah dan menarik.
|
172
|
86
|
Baik
|
21. Bunyi dari berbagai jenis alat
musik sangat mudah dibedakan.
|
152
|
76
|
Baik
|
22. Musik mudah untuk membangkitkan
kenangan – kenangan tertentu dalam pikiran seseorang.
|
181
|
91
|
Baik
|
23. Musik sering kali dijadikan sebagai
media untuk mengekspresikan diri.
|
181
|
91
|
Baik
|
24. Musik dapat menjadi sebuah metode yang
tepat dalam belajar.
|
155
|
78
|
Baik
|
25. Seorang yang sudah pasif
bermusik pasti akan merasa rindu dengan alat musik yang dia mainkan.
|
163
|
82
|
Baik
|
Pembahasan
Berdasarkan
tabel di atas, dapat didefinisikan tanggapan responden terhadap poin – poin
pernyataan sebagai berikut :
1.
Tanggapan
responden terhadap pernyataan No. 1 yaitu, “Musik
dapat membantu untuk merangsang perkembangan kecerdasan emosional seorang remaja.”, 84% persentase keseluruhan dengan skor nilai 168. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA sudah mengetahui bahwa musik dapat membantu untuk
merangsang perkembangan kecerdasan emosional seorang remaja.
2.
Tanggapan responden
terhadap pernyataan No. 2 yaitu, “Bakat
bermusik Anda tidak hanya diturunkan dari keluarga.”, 66% persentase keseluruhan dengan skor nilai 132. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori cukup. Artinya siswa SMA menyadari bahwa bakat
bermusik yang dimiliki tidak hanya diturunkan dari keluarga.
3.
Tanggapan responden
terhadap pernyataan No. 3 yaitu, “Anda
yang memiliki minat terhadap musik, akan memilih teman yang memiliki minat yang
sama dengan Anda untuk berbagi informasi dan pengalaman.”, 61% persentase keseluruhan dengan skor nilai 122. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori cukup. Artinya siswa SMA yang memiliki minat
terhadap musik cenderung akan memilih
teman yang memiliki minat yang sama untuk berbagi informasi dan pengalaman.
4.
Tanggapan
responden terhadap pernyataan No. 4 yaitu, “Musik
sebagai penyeimbang kemampuan otak kanan dan otak kiri.”, 85% persentase keseluruhan dengan skor nilai 170. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA sudah mengetahui bahwa musik dapat menjadi penyeimbang kemampuan
otak kanan dan otak kiri.
5.
Tanggapan
responden terhadap pernyataan No. 5 yaitu, “Bermusik tidak membutuhkan penghayatan.”, 51% persentase
keseluruhan dengan skor nilai 101. Kondisi ini termasuk ke dalam kategori cukup.
Artinya sebagian siswa SMA masih beranggapan bahwa bermusik tidak membutuhkan penghayatan.
6.
Tanggapan
responden terhadap pernyataan No. 6 yaitu, “Musik dengan tempo yang lambat akan membuat Anda
berkonsentrasi saat belajar.”, 66% persentase
keseluruhan dengan skor nilai 132. Kondisi ini termasuk ke dalam kategori cukup.
Artinya siswa SMA cukup mengetahui bahwa
musik dengan tempo
yang lambat akan membuat berkonsentrasi saat belajar.
7.
Tanggapan
responden terhadap pernyataan No. 7 yaitu, “Minat
dan bakat seseorang perlu mendapatkan dukungan dari orang – orang terdekat.”, 91% persentase keseluruhan dengan skor nilai 182. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA sangat setuju bahwa minat dan bakat seseorang perlu
mendapatkan dukungan dari orang – orang terdekat.
8.
Tanggapan
responden terhadap pernyataan No. 8 yaitu, “Musik
juga dianggap sebagai sesuatu yang punya andil bagi perkembangan kecerdasan
anak.”, 79% persentase keseluruhan dengan skor nilai 157. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA mengetahui bahwa musik juga dianggap sebagai
sesuatu yang punya andil bagi perkembangan kecerdasan anak.
9.
Tanggapan
responden terhadap pernyataan No. 9 yaitu, “Musik dengan aliran keras (scream) hanya disukai
oleh laki – laki.”, 51% persentase keseluruhan dengan skor nilai 101. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori cukup. Artinya sebagian siswa SMA masih beranggapan bahwa musik
dengan aliran keras (scream) hanya disukai oleh laki – laki.
10. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 10 yaitu, “Seseorang yang memiliki minat
bermusik berbeda dengan seseorang yang menyukai musik.”, 67% persentase keseluruhan dengan skor nilai 134. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori cukup. Artinya siswa SMA cukup memahami perbedaan
antara seseorang yang
memiliki minat bermusik dengan seseorang yang menyukai musik.
11. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 11 yaitu, “Dalam memenuhi minat dan bakat dalam bermusik
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.”, 69%
persentase keseluruhan dengan skor nilai 138. Kondisi ini termasuk ke dalam
kategori cukup. Artinya siswa SMA cukup mengetahui
bahwa dalam memenuhi minat dan bakat dalam bermusik diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai.
12. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 12 yaitu, “Bermusik tidak perlu menunjukkan
rasa cinta terhadap musik.”, 65% persentase keseluruhan dengan skor nilai 130. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori cukup. Artinya sebagian siswa SMA beranggapan bahwa bermusik tidak perlu menunjukkan
rasa cinta terhadap musik.
13. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 13 yaitu, “Musik instrumental dapat menjadi
penghantar tidur yang baik.”, 79% persentase keseluruhan dengan skor nilai 158. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA menyetujui bahwa musik
instrumental dapat menjadi penghantar tidur yang baik.
14. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 14 yaitu, “Musik tidak pernah lepas dari kehidupan seseorang.”, 68% persentase keseluruhan dengan skor nilai 135. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori cukup. Artinya sebagian siswa SMA beranggapan bahwa musik tidak pernah lepas dari kehidupan
seseorang.
15. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 15 yaitu, “Mendengarkan musik klasik saat
pikiran tidak tenang adalah cara yang efektif.”, 79% persentase keseluruhan dengan skor nilai 157. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA menyetujui bahwa mendengarkan
musik klasik saat pikiran tidak tenang adalah cara yang efektif.
16. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 16 yaitu, “Untuk mengembangkan minat atau
bakat bermusik harus memiliki kepercayaan diri yang kuat.”, 85% persentase keseluruhan dengan skor nilai 169. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA menyetujui bahwa untuk
mengembangkan minat atau bakat bermusik harus memiliki kepercayaan diri yang
kuat.
17. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 17 yaitu, “Ekstrakurikuler musik ( cth:
band, padus ) merupakan sarana yang tepat bagi siswa dengan minat dan bakat
bermusik.”, 86% persentase keseluruhan dengan skor nilai 172. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya bahwa siswa SMA sudah mengetahui bahwa ekstrakurikuler musik ( cth: band, padus ) merupakan
sarana yang tepat bagi siswa dengan minat dan bakat bermusik.
18. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 18 yaitu, “Mempelajari not pada alat musik
yang disukai lebih mudah dibandingkan mempelajari pelajaran eksak.”, 69% persentase keseluruhan dengan skor nilai 138. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori cukup. Artinya bahwa siswa SMA cukup menyetujui
bahwa mempelajari not pada alat musik yang disukai lebih
mudah dibandingkan mempelajari pelajaran eksak.
19. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 19 yaitu, “Keluarga mendukung minat Anda
terhadap musik.”, 76% persentase keseluruhan dengan skor nilai 152. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya minat siswa SMA terhadap musik
didukung oleh keluarga.
20. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 20 yaitu, “Musik dipandang sebagai sesuatu yang sangat indah
dan menarik.”, 86% persentase keseluruhan dengan
skor nilai 172. Kondisi ini termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA memandang
musik sebagai sesuatu yang sangat indah dan menarik.
21. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 21 yaitu, “Bunyi dari berbagai jenis alat
musik sangat mudah dibedakan.”, 76% persentase
keseluruhan dengan skor nilai 152. Kondisi ini termasuk ke dalam kategori baik.
Artinya siswa SMA mampu membedakan bunyi dari berbagi jenis alat musik.
22. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 22 yaitu, “Musik mudah untuk membangkitkan
kenangan – kenangan tertentu dalam pikiran seseorang.”, 91% persentase keseluruhan dengan skor nilai 181. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA sangat setuju bahwa musik
mudah untuk membangkitkan kenangan – kenangan tertentu dalam pikiran.
23. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 23 yaitu, “Musik sering kali dijadikan sebagai media untuk
mengekspresikan diri.”, 91% persentase
keseluruhan dengan skor nilai 181. Kondisi ini termasuk ke dalam kategori baik.
Artinya sebagian besar siswa SMA sering kali menjadikan musik sebagai media
untuk mengekspresikan diri.
24. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 24 yaitu, “Musik dapat menjadi sebuah metode yang tepat dalam
belajar.”, 78% persentase keseluruhan dengan skor nilai 155. Kondisi ini
termasuk ke dalam kategori baik. Artinya siswa SMA menyetujui bahwa musik dapat menjadi sebuah metode yang tepat
dalam belajar.
25. Tanggapan responden terhadap pernyataan No. 25 yaitu, “Seorang yang sudah pasif bermusik
pasti akan merasa rindu dengan alat musik yang dia mainkan.”, 82% persentase
keseluruhan dengan skor nilai 163. Kondisi ini termasuk ke dalam kategori baik.
Artinya siswa SMA yang sudah pasif bermusik pasti akan merasa rindu dengan alat musik yang dia
mainkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil
karya cipta manusia yang indah tidak semata – mata hadir tanpa tujuan. Semua
ciptaan yang kita jumpai di manapun tentu memiliki makna. Tidak terkecuali
hasil karya cipta berupa musik. Dewasa ini, musik menjadi semakin diminati
berbagai kalangan usia. Bukan hanya karena sejarah maupun banyaknya jenis,
tetapi juga manfaat dari musik itu sendiri bagi kehidupan.
Dalam
bermusik tentu tidak terlepas dari kreativitas. Kreativitas bermusik itu
sendiri memiliki arti kemampuan menciptakan suatu seni dalam bidang musik
maupun mengkreasikan manfaat musik dalam kegiatan sehari – hari.
Di
dalam dunia pendidikan, musik dijadikan sebagai instrumen dalam upaya
peningkatan kegiatan belajar karena dinilai mampu menyeimbangkan kerja otak
kanan dan otak kiri serta membangkitkan kreativitas siswa dengan harapan dapat menjadikannya
sebagai pribadi – pribadi kreatif yang selalu berkembang untuk mewujudkan masa
depan yang lebih baik. Demi terciptanya upaya tersebut, perlu adanya kerja sama
antara anak, orang tua, dan guru dalam hal penyaluran minat dan bakat, salah
satunya adalah minat dan bakat terhadap musik dan kreativitas. Karena
sesederhana apapun minat dan bakat yang dimiliki seseorang tidak menutup kemungkinan
memiliki peluang besar menjadikannya sukses di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
M.M Sutopo, Tjetjep. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak. Bandung:
Departemen Pendidikan Nasional.
Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Komentar
Posting Komentar